Langsung ke konten utama

[Ulasan Buku] The Dark Artifices #1: Lady Midnight

Sumber gambar: goodreads.com

Judul: The Dark Artifices #1: Lady Midnight
Pengarang: Cassandra Clare
Penerbit: Fantasious
Tahun terbit: 2017 (pertama terbit: 2016 di Margaret K. McElderry Books)
Jumlah halaman: 644



Well, aku tidak benar-benar masuk ke dalam dunia Shadowhunter; hanya membaca The Mortal Instruments (TMI) #1 dan #6, The Infernal Devices (TID) #1, menonton film serta beberapa episode serialnya.

Sangat banyak temanku, juga orang yang tak kukenal, bilang bahwa mereka cinta TID. Kurasa aku akan merasakan hal yang hampir sama, tetapi aku memutuskan untuk tidak baca buku kedua dan ketiganya. Itu karena hubungan atau sesuatu antara Jem-Tessa-Will bukanlah hal yang akan kusukai atau membuat jatuh suka. Selain itu, aku sudah baca TMI #6 dan dapat spoiler TID....

Di TMI #6, kita bertemu Julian dan Emma ketika berumur sekitar 12 tahun. Saat itu, aku sudah dibuat jatuh hati pada kebersamaan mereka. Jadi, rasanya semangat begitu tahu mereka jadi "pasangan" di The Dark Artifices (TDA). Mereka adalah parabatai, shadowhunter yang terikat dalam cinta persahabatan; tidak boleh cinta jenis lain, dan kerap bertugas bersama. Namun, Emma dan Julian saling jatuh cinta....

 
Di TDA, terdapat serangkaian pembunuhan dengan gaya yang hampir sama dengan pembunuhan orangtua Emma Carstairs lima tahun silam. Tubuh korban diberi Demon rune. Bersama Julian dan keluarga Blackthorn lainnya serta Cristina--siswi pertukaran pelajaran dari Meksiko--dan Malcolm (Warlock Tinggi), Emma diam-diam melakukan penyelidikan.

Penceritannya disajikan dari berbagai sudut pandang dalam gaya orang ketiga. Kita jadi dapat mengetahui pemikiran serta perasaan hampir setiap tokoh. Yah, kadang lain di mulut lain di hati. 😃

Julian pergi ke London bersama adik-adiknya, dengan harapan mampu melupakan perasaannya pada Emma. Sementara Emma, setibanya Julian dari sana, mulai melihat sahabat dari kecilnya itu dengan pandangan berbeda. Emma tak tahu itu apa. Dan Julian, malah semakin yakin dengan perasaannya. 😢  
Emma: Tindakan berbeda apa yang akan kaulakukan?
Julian: Aku tak tahu apa aku menginginkan parabatai.

Karena korban pembunuhan tak hanya manusia; ada pula bangsa Faerie, pangerannya pun mengutus faerie untuk membantu investigasi rahasia tersebut. Dia adalah ... Mark Blackthorn, kakak Julian, yang diambil menjadi setengah faerie sejak lima tahun lalu. ((Maaarrrkkk! 😉))

Alurnya jelas dan terkadang ada kejutan kecil walaupun kejutan besarnya cukup tertebak. Adegan aksinya dituliskan dengan baik. Deskripsi keadaan juga bagus, membuat terbayang sekali dan ingin benar-benar menontonnya dalam versi film.

Adegan-adegan sedihnya juga berhasil. Dan, memang cukup banyak hubungan yang menjadi sumbernya; misalnya hubungan Mark dengan adik-adik, Julian dengan adik-adik, Julian-Emma, Mark dan titik-titik, Mark dan titik-titik-satunya.... 😂

Mereka mengumpulkan petunjuk. Dari satu, menuju lainnya. Hingga ke acara Lotre, perkumpulan suatu sekte, dan mulai mengejar sang dalang.



Secara keseluruhan, Lady Midnight dariku antara 4 dan 5 bintang, condong ke 5. Aku sangat suka, tapi ya, beberapa hal tidak sempurna, misalnya twist-nya tidak begitu mengejutkan.

Dari sisi terjemahan, bahasanya enak. Tetap menyajikan tulisan aslinya; mampu menyentuh hati, deskripsi cantik, begitu pula dengan bagian aksi.
Beberapa kali kutemukan kesalahan pengetikan, tapi tergolong sedikit untuk buku setebal 644 halaman dan cetakan spasi yang cenderung kecil.... 😂

Sampulnya aku suka. Percayalah, begitu di foto terlihat sekali fotogeniknya. Awalnya memang agak bingung dan kecewa kenapa tidak pakai sampul asli versi sana. Ternyata versi Indonesia juga bagus.


Dear Fantasious, tolong Lord of Shadows segera, ya! 💖


Kuingin jumpai Mark lagi. HAHAHA.
Mark, pilih yang itu, ya, jangan yang itu.