Langsung ke konten utama

[Ulasan Buku] Naturals #3: All In

Sumber gambar: goodreads.com
Judul: Naturals #3: All In
Pengarang: Jennifer Lynn Barnes
Penerbit: Hyperion
Terbit: November 2016 (pertama terbit: November 2015)
Jumlah halaman: 400



Di buku ketiga seri ini, Cassie Hobbes melanjutkan hidup remajanya yang juga sebagai anggota Naturals. Naturals adalah tim bentukan FBI, berisi 5 remaja berkemampuan khusus dan membantu penyelidikan tak langsung dalam kasus dingin dan aktif. Cassie berbakat dalam profiling, Lia mendeteksi kebohongan (sekaligus sempurna dalam berdusta), Michael mendeteksi emosi (dari ekspresi dll.), Sloane hebat dalam angka, Dean juga memprofil orang; tapi spesifik pembunuh.

Setelah bertahun-tahun ibu Cassie hilang dengan meninggalkan banyak darah di kamar, akhirnya FBI menemukan tubuhnya. Telah tinggal tulang, dikuburkan dalam peti dan seperti penuh penghormatan.
Cassie harus mengesampingkan perasaannya dan bersama Naturals membantu FBI dari balik layar tentang kasus beberapa pembunuhan di berbagai kasino akhir-akhir ini.

Three casinos.
Three bodies.
Three days.

That was what profilers did. We lived through horror. ... Profiling came with a cost. But I would pay it again and again and again to make it so that even just one child never came home to blood on the walls.” – Cassie

Di kasino Majesty, Sloane bertemu kakak-separuh-darahnya (Aaron Shaw) dan ayah yang tidak menganggapnya. Ayah yang menyerahkannya pada FBI, alih-alih hidup bersamanya.
Aku ikut senang karena Aaron tidak seperti ayah mereka. Aaron ingin mengenal Sloane dan memberikan perhatian layaknya saudara.

Ketika agen Sterling dan Briggs mewawancarai para person of interests, Naturals diberi akses melihat dan mendengar dari kamar hotel mereka. Mereka berempat menilai pribadi orang tersebut dan apakah yang dikatakannya benar. Sementara itu, Sloane berusaha memecahkan arti pesan yang ditinggalkan pembunuh dan mengetahui lokasi pembunuhan selanjutnya.
Jadi, pada setiap jasad korban ditemukan deretan angka berbeda satu sama lain. Cara mereka dibunuh pun berbeda.
Cukup seru mengetahui apa yang dilakukan si pembunuh. Apa yang tersembunyi dari serangkaian aksinya.
Dan, ups, pembunuhan-pembunuhan ini ternyata bagian dari sesuatu yang lebih besar lagi.

Hubungan kelima remaja berbakat ini..., yah, bisa dibilang hangat. Mereka saling mendukung dan melindungi. Memang, cara menunjukkannya tidak manis-manis amat. Misalnya Lia; kepeduliannya disampaikan secara kasar, tapi intinya, ya, mereka saling mengerti. Apalagi masing-masing punya kemampuan membaca (hal berbeda).

Di sini, pembaca juga dimanjakan (?) dengan hubungan Cassie dan Dean yang lumayan berkembang. Mereka juga saling “membantu” soal isu yang dihadapi.
Dean yang takut kelak akan menjadi pembunuh seperti ayahnya (Daniel Redding adalah pembunuh berantai kelas superkakap, anyway). Cassie yang menyalahkan dirinya atas kematian ibunya.

Cassie: I know what happened to my mom wasn’t my fault. I know it, Dean. But I don’t believe it. I won’t ever believe it.
Dean: Believe me.


Cassie: You’re nothing like him, Dean.
Dean: I know that.
Cassie: [(profiling him). You know it, but you don’t believe it.] Believe me.

Sekitar sepertiga akhir bagian buku, ada banyak plot twist yang disuguhkan dengan nggak maksa. Sukses bikin meringis, deh.
Mulai dari soal ibu Cassie, korban yang ditarget pembunuh selanjutnya, perkumpulan para pembunuh, kejadian pembunuhan, pelaku pembunuhan....

Sebelum membaca ini, aku merencanakan akan beli buku pertama dan kedua bersama buku keempat.
Buku 1 dan 2 aku sudah baca, tapi belum punya fisiknya. Buku 1 kuberi 3 bintang, buku 2 dapat 4 bintang.
Setelah membaca ini, sepertinya aku tak akan beli buku 1 dan 2. (Entah, sih. Bisa saja keputusanku berubah lagi sehabis baca ke-4)

Bukannya All In ini kurang kece. Bagus, kok. Seru. Lumayan main emosi juga (entah kenapa aku suka sekali bagian Tori—pacar Aaron—bicara dengan Sloane; tentu selain hubungan persahabatan Naturals dan cinta Dean-Cassie). Hanya, this is not kind of supergreat that makes me want to collect the books and read four of them again sometimes.

Kurangnya apa, ya?

Padahal, cukup banyak plot twist; check.
Dialog dan monolog quotable; check.
Cerita tidak dipanjang-panjangkan dengan bagian tak penting; check.
Bab-bab pendek; check.
Tidak membosankan; check.
Lumayan main perasaan; check.
Well, ya, sementara ini rasanya 4,2 bintang dariku.

Penasaran sekaliii dengan buku keempat alias terakhirnya!
(Di bagian akhir buku 3 ada nukilan Bad Blood; tak akan kubaca dulu....)