Sumber gambar: goodreads.com
Judul: Nora & Kettle
Pengarang: Lauren Nicolle Taylor
Penerbit: Clean Teen Publishing
Tahun terbit: 2016
Jumlah halaman:352
Sama seperti Second Star – Alyssa
B. Sheinmel, buku ini membuatku bimbang, tiga atau empat bintang, ya?
Keduanya bisa disebut sebagai
retelling Peter Pan kontemporer. Memiliki
interpretasi masing-masing terhadap Peter dan Neverland. Mempunyai keunikan
sendiri dan berbeda satu sama lain dalam berbagai hal. Aku menikmati membaca
keduanya.
Nora & Kettle bercerita tentang ... Nora dan Kettle. Mereka
tidak mengenal satu sama lain hingga
dua pertiga buku, tapi sebelumnya jalan mereka beberapa kali telah bersinggungan.
Nora adalah anak perempuan dari keluarga kaya. Ayahnya gemar main fisik. Nora punya seorang adik yang ingin dia lindungi selalu.
“I may have just given him a chance to survive, but I’ve also sentenced him to months in a home and several chances of being abused until he turns eighteen.” – Kettle
Kettle separuh Amerika, separuh
Jepang (wajahnya oriental, matanya biru, hmm), dan novel ini ber-setting saat
orang Amerika masih melihatnya dengan rasa benci. Dia bagian dari Kings (Lost
Children atau dari jalan atau dari Home/panti asuhan). Dia dan “kakaknya”
mengurus anak-anak lain dengan melakukan pekerjaan berat di pelabuhan.
“When you join the Kings, you choose a new name, coz down here, no one can own you but you.” – Krow
Aku suka hal-hal kecil yang
bertebaran di sini dan berkoneksi dengan kisah Peter Pan. Well, kata Taylor, ide awalnya adalah mengenai perbedaan ras dan
bertahan hidup, setelah itu baru dia terpikir soal Peter Pan. Jadi, ya, kisah
Pan tidak benar-benar terlihat di sini. Namun, seperti yang kubilang, hal-hal
kecil di sini mendekati sempurna.
Dan omong-omong, Kettle adalah
versi superbaik dari Peter. Sangat peduli. Tidak egois.
Aku benar-benar suka pada “hubungan”
Nora dan Kettle.
Well, Taylor bilang novel ini tentang cinta dan bertahan hidup.
Cinta di sini tidak sepenuhnya romance.
Justru lebih banyak mengenai cinta pada keluarga dan teman.
Saat membaca, beberapa kali aku tidak benar-benar membaca. Tidak bisa
dikatakan skimming atau skipping juga, sih.... Entah karena
(mungkin) aku merasa terburu-buru atau gaya tulisannya tidak terlalu cocok
bagiku. Separuh awal penuh dengan metafora, tapi separuh akhir memang kalimat
metaforanya berkurang banyak.
Keseluruhan? Suka!
Dan, aku ingin retelling Peter Pan kontemporer lain! Kalau kalian tahu, tolong beri tahu, ya! :D